Studio Alam Gamplong, Miniatur Hollywood Di Yogyakarta

Studio Alam Gamplong, Miniatur Hollywood Di Yogyakarta – Mendengar kata Yogyakarta, yang terbesit di benak pikiran pasti mengenai Destinasi  Wisatanya yang seolah tidak ada habisnya. Provinsi yang terkenal dengan sebutan Kota Pelajar dan sangat kental akan kebudayaannya ini masih menyimpan banyak destinasi wisata yang menarik.

Destinasi Wisata Yogyakarta tidak hanya terkenal dengan keindahan Gunung Merapinya dan jajaran Pantai selatannya yang menawan dan selalu sukses membius para Pengunjungnya, tapi selain itu di Yogyakarta juga memiliki destinasi wisata baru yang tak boleh untuk dilewatkan. Salah satunya Studio Alam Gamplong.

Baca juga :“Omah Kecebong, Serunya Outbond Dengan Busana Jawa”.

Destinasi wisata ini Berada di desa Wisata Gamplong

Sebuah destinasi wisata baru yang masih terus dikembangkan, destinasi wisata sebenarnya bernama “Gamplong Studio Alam Sleman”. Destinasi Wisata yang terletak sekitar 16 Kilometer dari titik Nol Kilometer ini menjadi sorotan banyak orang lantaran dijuluki “Mini Hollywood”. Julukan Mini Hollywood ini bukan tanpa alasan, sebab tempat ini merupakan Lokasi Syuting film terbaru besutan Hanung Bramantyo yaitu ”Sultan Agung The Untold Love Story”.

Dengan mengambil setting abad ke-16 dan 17. Berwisata di kawasan ini akan membuat para pengunjung seolalh kembali ke zaman penjajahan Belanda. Suasana itu begitu  kuat, terlebih selama berkunjung di lokasi ini akan nampak Pemandangan khas tempo dulu.

studio alam gamplong
studio alam gamplong

Setting yang telah dibuat sedemikian rupa, membuat siapa saja yang berkunjung lupa bahwa mereka hidup di era milenial. Semua itu hanya ada di objek wisata Studio Alam Gamplong yang berada di Desa Gamplong, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Obyek wisata seluas 2 hektar yang diresmikan pertengahan bulan Juli lalu ini mampu menyedot perhatian publik. Berdiri di atas tanah lapang dan kebun kas desa ini memiliki

Berbagai replika yang serupa bangunan tempo dulu, yang dibangun dengan kokoh dan gahar, seolah mengajak pengunjung untuk menyelami suasana masa lalu. Memasuki kawasan ini, miniatur benteng Batavia menjadi salah satu bangunan yang menarik perhatian para pengunjung.

Kawasan Wisata Studio Alam Gamplong

Para pengunjung harus melewati jembatan ungkit yang berada persis di depan pintu masuk benteng. Jembatan ini dibangun dengan gaya khas Belanda, dan tambahan pintu gerbang berwarna coklat tua yang menjulang dengan kokoh. Tak lupa juga di pinggir benteng Batavia ini terdapat replika sungai ciliwung. Sungai yang pada masa lalu itu juga turut andil dalam memberi kehidupan warga sekitar.

gamplong
studio alam gamplong (pict by inews.id)

Pintu gerbang replika benteng Batavia yang menjulang dengan kokoh dan berwarna coklat tua layaknya pintu kastil. Di sinilah pintu masuk kota Batavia. Di dalamnya menggambarkan bangunan-bangunan Belanda pada masa itu. Ada tiga bangunan utama yang bentuknya hampir sama di sana. Pintu dan jendela bangunan itu berwarna cokelat tua. Jendelanya memiliki dua daun pintu dan terdapat terali-terali. Konstruksi di bagian kiri memiliki dua lantai. Dari semua bangunan, jika dilihat dari luar, ciri eksterior rumah Belanda sangat kental.

Di bagian halamannya terdapat sebuah kereta kuda beroda empat

Dan beberapa meriam lengkap dengan roda penyangga yang sengaja diletakkan di halaman untuk menambah kesan khas zaman Kolonialisme. Kemudian di sudut kiri bagian depan terdapapt anak tangga yang menuju ke arah Dinding Pertahanan. Keluar dari dinding pertahanan di sisi sebelah kiri terdapat replika bangunan di kampung pecinan, kampung yang pada masa hindia belanda menjadi tempat untuk mengumpulkan masyarakat tionghoa. Dengan papan bewarna  merah bertuliskan huruf mandarin berwarna kuning keemasan yang menghiasi atas pintu salah satu bangunan yang terdapat di tempat ini.

Baca juga :“Ullen Sentalu, Eksotisme Museum yang Kental Sejarah Jawa”.

Selain bangunan-bangunan yang beragan tersebut terdapat juga kompleks kampung Mataram. Kampung yang memiliki potret kehidupan masyarakat Jawa pada tahun 1600-an. Bangunan-bangunan di kompleks kampung Mataram menggunakan daun tebu kering atau disebut rapak sebagai atapnya. Yang tak kalah menawan yaitu adanya bangunan yang menggambarkan Pendopo Sultan Agung yang berada jauh di seberang replika kompleks kampung Mataram. Berbagai bangunan tersebut juga bisa menjadi spot foto yang jelas akan memanjakan setiap wisatawan yang datang. Apalagi untuk Untuk berkunjung ke tempat ini para pengunjung tidak dipungut biaya apapun, cukup dengan Masuk di kawasan benteng Batavia dan pendopo Sultan Agung dengan syarat sudah follow Instagram @gamplong_studio dan mengunggah foto di Instagram dengan menandai minimal 3 orang teman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *